Jumat, 12 Juni 2015

DO'A INTAN



08 Oktober 2014
Dear Allah, Dear Jahor, Dear Diary,
Ternyata aku masih belum bisa menjadi seorang Muslim yang baik. Selepas Isya, aku diminta Mamah untuk pergi ke rumah warga yang diamanahi desa untuk mengurusi pengadaan beras miskin (raskin). Sesampainya di sana, aku lega karena dari sisi jendela samping yang sedikit terbuka, aku bisa melihat plastik-plastik yang pernah aku lihat saat terakhir kali mengambil beras. Tapi begitu kuketuk pintu yang memang telah sedikit terbuka dan kuucapkan salam, pintu tersebut hanya bergeser sekitar satu sentimeter dan seraut wajah muncul. Tahu apa yang dikatakannya? Kalimat menyakitkan yang membuatku menangis, mengucap serapah, dan membanting pintu saat kembali ke rumah.

Allah, Jahor, Dairy,
Dia bilang begini:
“Besok wae, besok. Nembe ge dongkap sonten”
Kalo dilihat dengan bahasa tulisan, memang tidak terdengar kasar, tapi jika pembaca mengalaminya sendiri, tentu akan merasakan hal yang sama denganku. Entah aku yang terlalu perasa, ataukah memang kalimatnya yang diucapkan dengan nada tinggi, kalimat tersebut sangat menusuk-nusuk hatiku. Membuatku sulit bernapas, menelan ludah, dan (pastinya) nahan tangis. Mungkin ini salah satu akibat dari seorang penyandang ‘gelar’ Orang Miskin.

Tapi Allah, Jahor, dan Diary,
Kalian tahu, sekarang aku sudah tidak menangis lagi. Aku pun tidak serius mengucapkan sumpah serapah tersebut. Aku benar-benar menariknya kembali sambil mengucap istighfar. Karena setiap do’a dan perkataan buruk, akan kembali kepada pengucapnya, bukan? Ssst, sebenarnya aku juga tidak benar-benar membanting pintu. Angin di malam gerhana bulan kali ini memang sedang benar-benar ganas. Sedikit dorongan saja bisa membuat pintu terbuka dan terbanting dengan keras.




DO’A INTAN

Gigi Intan bergemeletuk.
“Semoga terbakar rumah kalian”, bisiknya penuh amarah.
Indah menggenggam tangan Intan, berusaha meredam kemarahan sahabatnya itu.
“Ternyata aku masih belum bisa menjadi Muslim yang baik, Ndah”, ujar Intan begitu turun dari motor.
Indah menepuk pundak sahabatnya.
Istighfar dan wudhu, Ntan. Insha Allah, amarahmu akan hilang”, sarannya.
Intan mengangguk perlahan.
“Makasih ya, Ndah, udah nganterin .....”
Indah tersenyum lalu berpamitan.
Intan mendesah sebelum akhirnya masuk ke rumah. Orang rumah telah tertidur. Direbahkannya badan sambil mengingat kembali peristiwa tadi. Selepas Isya, Intan pergi ke rumah Kadus (Kepala Dusun) untuk mengambil jatah raskin. Tanpa sengaja, Intan berpapasan dengan Indah yang kemudian memaksanya agar mau diantar.
Sesampainya di sana, Intan mengetuk pintu. Pintu bergeser sekitar satu sentimeter disusul munculnya seraut wajah.
 “BESOK SAJA, BESOK. BARU JUGA DATANG!!!”
Indah yang menunggu di motor, terkejut mendengar bentakan dari dalam rumah. Ia pun menghampiri Intan. Meski remang-remang, ia bisa melihat mendung dan memerahnya wajah Intan.
***
Indah terbangun pukul 21.45. Baru satu jam ia tertidur. Matanya yang masih terasa berat, dibelalakkannya. Orangtuanya telah berada di luar rumah sehingga tidak ada yang bisa ia tanyai. Ia pun ikut keluar. Melihat kondisi rumah yang belum lama dikunjunginya, Indah ternganga. Kobaran api yang meliuk-liuk diterpa angin serta orang-orang yang hiruk-pikuk berusaha memadamkannya, mengingatkan ia pada Intan. Ia berpaling dari keramaian dan menuju rumah Intan. Selama dalam perjalanan, pikirannya kalut. Tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa apa yang menimpa rumah Bu Kadus, benar-benar sesuai dengan do’a Intan. Bahkan secepat itu.
AstaghfirUllahul’adzim, InnalIllahi wa inna Ilaihi roji’un . . .”, ucap Intan setelah mendengar apa yang menimpa rumah Kadus dari mulut Indah. Dalam hati, mereka berjanji untuk lebih menjaga ucapan dan tidak terburu nafsu dengan mendo’akan keburukan bagi orang lain. Karena tidak ada hijab/penghalang antara do’a orang yang didzalimi dengan Allah. Mereka pun turut merasakan kesedihan Bu Kadus.

Selasa, 20 Januari 2015

Loading Home » Info Lomba , Info Lomba Menulis » Info Lomba Menulis Esai Denmark Ambassador for 1 Day (DL 14 Februari 2015) Info Lomba Menulis Esai Denmark Ambassador for 1 Day (DL 14 Februari 2015)

Ikutan yuuuk . . .
Mudah-mudahan buka dalam rangka Valentinan, ya . . .
 
 
Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bekerjasama dengan kedutaan besar Denmark-Indonesia akan mengadakan lomba menulis esai Denmark Ambassador for 1 Day. Lomba menulis esai ini cukup menarik dan unik. Tuliskan esaimu tentang Menjadi Denmark #Ambassador for 1 Day. 
Syarat dan Ketentuan Lomba Menulis Esai  Denmark Ambassador for 1 Day
  • Membuat esai mengenai Cooperations between Indonesia and Denmark
  • Kompetisi ini terbuka untuk umum
  • Kirimkan data diri dan essay anda ke alamat email jadidubes1hari@fpcindonesia.org 
  • Esai sebanyak 2 halaman (Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris) 
  • Pemenang "Jadi DUBES sehari" akn jadi "Dubes" di Kedutaan Denmark tgl 19 Februari 2015 + makan siang dengan @dubesdenmark
  • Deadline penulisan tanggal 14 Februari 2015.
  •  

Info Lomba Menulis Esai Trusmi Grup Piala Gubernur Hadiah Puluhan Juta! (DL 20 Feb 2015)

rusmi Group mempersembahkan lomba menulis esai berhadiah puluhan juta rupiah dan piala gubernur Jawa Barat.
Batik Sebagai Warisan Dunia Asli Indonesia (untuk SMA/Sederajat)
Potensi Batik Dalam Dunia Bisnis (untuk Mahasiswa/umum)
Persyaratan Lomba Menulis Esai Trusmi Grup
  • Peserta adalah pelajar SMA/sederajat/mahasiwa/umum di wilayah Jawa Barat
  • Esai yang diperlombakan merupakan karya perorangan belum pernah dipublikasikan dan tidak pernah diikutsertakan pada lomba lain
  • Tulisan tidak diperbolehkan mengandung unsur SARA
  • Naskah esai yang dikirim menjadi hak milik panitia
  • Keputusan dewan juri tidak bisa diganggu gugat
Mekanisme Pendaftaran Lomba Menulis Esai Trusmi Grup
  • Peserta harus melakukan pendaftaran dengan format nama_sekolah_alamatasal_notelp_alamatemail kirim ke 085224455086 pendaftaran dibuka mulai tanggal 5 Januari 2015 s/d 20 Februari 2015 peserta dikenakan biaya registrasi Rp. 25.000 ditransferkan melalui Bank Mandiri 1340000033000 an PT. Raja Sukses Propertindo
  • Mengisi formulir pendaftaran yang akan dikirim via email masing-masing peserta
  • Naskah esai dikirim mulai tanggal 10 Januari 2015
  • Naskah esai dikirim dalam bentuk ms word ke alamat e-mail bispro@trusmi.com dan hard copy dikirim langsung ke alamat Pusat Grosir Batik Trusmi Cirebon Jl. Trusmi Kulon No.148
Format Penulisan Esai Lomba Menulis Esi Trusmi Grup
Panjang naskah minimal 4 halaman dan maksima 5 halaman (untuk SMA) minimal 6 hyalaman dan maksimal 8 halaman (untuk umum)
Kertas A4 TNR12 Spasi 1.5 margin 4333
Finalis dan Pemenang Lomba Menulis Esi Trusmi Grup
Pengumuman finalis dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2015
Presentasi pada tanggal 16 Maret 2015
Pengumuman pemenang tanggal 23 Maret 2015
Kontak Panitia Lomba Menulis Esi Trusmi Grup
BisPro Pin BB 7CE81177

PENGUMUMAN PERHUTANI GREEN PEN AWARD 2015

Dapat copas dari website http://perumperhutani.com
Ikutan yuuuk . . .
http://perumperhutani.com/2014/11/perhutani-luncurkan-lomba-menulis-sastra-hijau-kedua-untuk-generasi-muda/
PERHUTANI GREEN PEN AWARD 2015
Lomba Menulis Cerita Pendek Hutan & Lingkungan

Syarat-syarat Lomba :
  1. Peserta :
  • Warga Negara Indonesia
  • pelajar SLPTP/sederajat (Kategori A)
  • Pelajar SLTA & Mahasiswa (Kategori B)
  • Guru, Dosen, Penulis/Pengarang dan Umum (Kategori C)
  1. Pendaftaran lomba dibuka mulai tgl. 22 Nopember 2014 dan ditutup tgl. 22 Pebruari 2015 (Stempel Pos/jasa Kurir)
  1. Judul naskah bebas, tema cerita kehidupan dengan berbagai aspeknya terkait hutan, alam dan lingkungan hidup.
  1. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, indah (literer) dan komunikatif.
  1. Naskah adalah karya asli, bukan jiplakan, terjemahan atau saduran dan belum pernah dipublikasikan, disertai dengan dokumen pernyataan diatas materai.
  1. Panjang naskah 5 s/d 10 halaman A4, diketik 1,5 spasi huruf Times New Roman ukuran font 12 poin, margin standar.
  1. Naskah dicetak atau print out sebanyak 2 (dua) rangkap, file MS-Word dimasukkan dalam CD.
  1. Peserta mengirimkan naskah 1 (satu) judul atau maksimal 2 (dua) judul, dikirimkan ke Panitia Perhutani Green Pen Award 2015: Perhutani Residence, Jl. Gedung Hijau I No. 17, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Tulis kategori A/B/C di sisi kiri atas amplop tertutup.
  1. Naskah dilampiri:
  • Biodata lengkap; alamat, nomor telpon/HP, Email yang mudah dihubungi.
  • Foto copy Kartu Pelajar (Kategori A);
  • Foto copy Kartu Pelajar/Kartu Mahasiswa dan KTP bagi Mahasiswa (Kategori B)
  • Fotocopy KTP/Paspor/Kartu Pegawai dan indentitas lainnya (Kategori C)
  • Tulisan singkat tentang salah satu kegiatan Perum Perhutani, diketik rapi minimal 70 kata, diperbolehkan menambah foto apabila ada. Sumber informasi Situs www.perumperhutani.com atau sumber lain dengan menyebut nama sumber.
10. Nama-nama pemenang akan diumumkan pada tgl 29 Maret 2015 melalui Situs: www.perumperhutani.com
11. Panitia tidak memungut biaya apapun dari peserta lomba, tidak menunjuk perwakilan
dan tidak melayani surat menyurat terkait penyelenggaraan ini.
12. Naskah yang dilombakan menjadi milik Perum Perhutani dan dapat diterbitkan
untuk kepentingan dokumentasi dan program Komunikasi Perusahaan. Hak cipta pada pengarang.
13. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat.

Hadiah Bagi Pemenang Kategori A
  • Pemenang 1: Piala, Piagam, Uang Tunai Rp. 3.000.000,-
  • Pemenang 2: Piagam, Uang Tunai Rp. 1.500.000,-
  • Pemenang 3: Piagam, Uang Tunai Rp. 1.000.000,-
  • 5 (Lima) Pemenang Harapan: Piagam, Uang Tunai Rp. 500.000,-

Hadiah Bagi Pememang Kategori B
  • Pemenang 1: Piala, Piagam, Uang Tunai Rp. 4.000.000,-
  • Pemenang 2: Piagam, Uang Tunai Rp. 2.000.000,-
  • Pemenang 3: Piagam, Uang Tunai Rp. 1.500.000,-
  • 5 (Lima) Pemenang Harapan: Piagam, Uang Tunai Rp. 750.000,-

Hadiah Bagi Pemenang Kategori C
  • Pemenang 1: Piala, Piagam, Uang Tunai Rp. 5.000.000,-
  • Pemenang 2: Piagam, Uang Tunai Rp. 3.000.000,-
  • Pemenang 3: Piagam, Uang Tunai Rp. 1.500.000,-
  • 5 (Lima) Pemenang Harapan: Piagam, Uang Tunai Rp. 1.000.000,-

Catatan:
  • Informasi lomba dapat diakses di www.perumperhutani.com
  • Artikel Penulisan Sastra Hijau dapat diakses di FB Sastra Hijau Perhutani Green Pen Award  dan www.rayakultura.net

STOP! DIPERBUDAK TEKNOLOGI, GANTIAN AYO! KITA PERBUDAK TEKNOLOGI ^_^





Pernahkah kamu melakukan hal yang kecil tapi berpengaruh besar dalam kehidupanmu?
Huwaaa, aku pernah. Kalo efeknya positif si ngga masalah. Nah ini, nyerempet-nyerempet negatif-lah. Lho, kok bisa?
Bisa-lah. Mau tau lengkapnya gimana? Begini ceritanya.
Ah, seharusnya aku berpendirian teguh saat adikku memaksa aku menerima hp-nya. Dia sendiri dapat hp baru dari kakak ke-2 dengan merk sama seperti yang ia berikan padaku. Aku menolak saat ia memintaku (via sms karena dia lagi di rumah kakak ke-2) untuk menerima hp miliknya. Aku sudah merasa cukup dengan hp sebelumnya yang bisa digunakna untuk telepon dan sms. Ngga jadul-jadul amat sebenarnya. Ada kamera dan bisa digunakan untuk fb-an jg soalnya.
Adikku pulang ke rumah dan langsung memberikan hp-ny padaku. Tanpa ada kalimat penolakan yang keluar dari mulutku, aku malah say thanks. Aneh, aku kok langsung nerima, ya? (Apa aku dihipnotis? Kalo emang bener, sering” aja dihipnotis supaya mau nerima hadiah. Gubrakz . . . ^_^)

 Bersambung . . .
Januari 2014

[Karya KBM3] Antara Fashion, Pergaulan, dan Medsos

    Belum lama ini berbagai media menginformasikan berita terkait putusan pengadilan atas kedua pelaku kasus pembunuhan terhadap A (19 tahun), yakni H (19 tahun) dan S (18 tahun). Faktor asmara yang menjadi latar belakangnya. Usia ketiganya termasuk dalam dewasa awal, yaitu generasi yang seharusnya menghabiskan waktu dengan giat-giatnya belajar maupun berorganisasi di tingkat perguruan tinggi, namun karena emosional yang tidak terkendali dari kedua pelaku, maka mengakibatkan meraka kini berada di dalam balik jeruji besi.
     Kasus pembunuhan tersebut merupakan satu dari banyak kasus yang menimpa generasi muda Indonesia. Tidak menutup kemungkinan kasus tersebut menyerupai fenomena gunung es, yakni hanya sedikit yang muncul ke permukaan dan diketahui masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kriminal generasi muda adalah pergaulan dan media, terutama media sosial. Media sosial merupakan media ampuh untuk menyampaikan suatu pemikiran. Melalui satu tombol ‘status’ atau ‘upload’, maka secara otomatis dan dalam hitungan detik pemikiran kita akan segera diketahui masyarakat banyak. Seringkali keberadaan medsos ini menjadikan aktivitas seseorang berubah kaku. Berangkat ke kampus-pulang-internetan-tidur-kerja. Bahkan aktivitas di dunia maya kerap mengiringi aktivitas lainnya.
     Permasalahan serupa yang menjurus pada kemaksiatan terselubung kini mulai merambah daerah-daerah, termasuk Majalengka tempat saya tinggal serta Cirebon, yaitu tempat berdirinya perguruan tinggi tempat saya menimba ilmu. Penyebutan terselubung karena didasarkan pada kondisi masyarakat saat ini yang cenderung tidak sadar bahwa mereka tengah terbawa arus kemaksiatan. Kerap meniru tanpa didasari pengetahuan yang memadai (taqlid). Ada tiga contoh kemaksiatan yang saya soroti di sini, diantaranya mencakup cara berpakaian (fashion), pergaulan, dan media.
     Pertama, cara berpakaian. Jika sebelumnya rok sebatas betis pun wanita zaman kakak saya kecil masih malu-malu memakainya, kini gadis muda zaman sekarang sudah tidak malu lagi mnempakkan (maaf) pahanya di depan umum. Celana hotpants yang semula dijadikan pakaian dalam, kini ditampakkan sebagai pakaian luar. Mereka memakaianya dengan bebas tanpa risih ke supermarket, lapangan olahraga, maupun tempat umum lainnya. Semuanya berawal dari media televisi yang didominasi dengan gaya Barat. Semakin sering kita ‘dijejeli’ tayangan yang mengumbar aurat tersebut, maka lambat laun kita akan menganggapnya sebagai hal yang biasa. Seperti ungkapan yang berbunyi ‘tidak akan bisa jika tidak dibiasakan, bukan?’.                    
    Sempat terpikir bahwa mungkin mereka (orang yang tingal di daerah) ingin merasakan bagaimana menjadi orang kota sehingga berpakaian seperti itu, hanya saja mereka salah memilih caranya. Saya pun mencoba membuat pamflet dan selebaran tentang pakaian syar’i yang dianjurkan (baca: diwajibkan) dalam Islam. Bersama saudara-saudara seperjuangan di rohis kampus, kami pun menyebarkan selebaran-selebaran tersebut di seperti masjid, taman, warung, serta tempat-tempat strategis lainnya. Hmmm, besoknya banyak sekali selebaran yang bertebaran di dalam masjid atau yang lebih parah, teronggok di atas tempat sampah. Sedihnya . Ah, pejuangan dakwah memang berat. Tapi kami tidak patah semangat, karena Rasulullah sang teladan sepanjang zaman pun pernah (bahkan sering) mengalami hal yang lebih buruk, dan berdarah-darah, namun beliau tidak menyerah hingga kemenangan Islam pun diraih. Kemenangan berupa buah dakwah yang beliau hasilkan terasa sangat manis, bahkan bisa dirasakan oleh kita sebagai umatnya hingga saat ini.
     Contoh maksiat yang kedua yaitu pergaulan dan kedudukan dalam bermasyarakat. Siapa orang-orang yang sering bergaul dengan kita, di mana tempat kita biasa kongkow, atau bagaimana penampilan kita, semuanya merupakan cerminan diri kita. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang menganggap berpacaran adalah suatu hal yang lumrah, sering dugem dan keluar nonton malam hari (dengan yang bukan mahram pula), serta berpakaian mini ala kadarnya, maka itu pula pandangan masyarakat terhadap kita.
      Aktivitas pacaran memang sempat menjadi semacam tren yang tidak bisa dipisahkan dnegan kaum muda zaman sekarang. Bahkan ada beberapa aktivis lembaga dakwah kampus rohis yang terkena virus merah jambu ini. Jika sudah terjangkit, maka bisa dipastikan kalau keaktifannya dalam rohis akan berkurang hingga akhirnya benar-benar non-aktif. So, mesti hati-hati dengan VMJ ini.
    Berbicara tentang VMJ memang sangat menarik karena seringkali dihubungkan dengan percintaan. Namun percintaan jenis ini cenderung mengarah pada maksiat spesies zina (lho, jadi ke Biologi, ^_^). Islam tidak melarang umat Muslim untuk mencintai sesama Muslim lainnya. Hanya saja, ada aturan mainnya juga. Rasul SAW pun pernah mengatakan bahwa jika kamu mencintai seorang Muslim, maka nyatakanlah. Waktu itu, seorang sahabat mengatakan pada Rasul SAW, bahwa ia mencintai (akhlak) seorang sahabat lainnya (dalam konteks ini, sesama ikhwan). Jadi, bukan berarti kita diperbolehkan tebar pesona dan umbar kata cinta karena nafsu, apalagi jika ditujukan ke lawan jenis. Wuiiih parah . . . 
      Februari 2015 tinggal ’selangkah’ lagi. Satu momen yang masih digandrungi kaum muda dan masih sering dirayakan sebagai wujud eksistensi diri dalam kehidupan bermasyarakat. Ya, Valentine. Meski berbagai media Islam maupun non-Islam dari tahun ke tahun telah menginformasikan asal-usul event ini yang notabene menceritakan kisah cinta seorang pendeta dengan putri penjaga sipir penjara (tentu bukan bersumber dari Islam), namun tidak menyurutkan langkah mereka untuk tetap merayakannya, dengan berbagai alasan dan pembenaran melalui pemberian seikat bunga atau sekotak coklat pada orang yang mereka ‘sayangi’.
     ‘Aku kan cuma ngasi coklat doang ke doi’. Ngga hanya doang, pasti ada buntutnya.
     ‘Aku juga ngasinya ke Mama sama Papa aja, kok’. Kenapa mesti/ hanya di hari ini (valentine)?
    ‘Setahun sekali ini napa, masa ngga boleh?’. Emang abis hari ini ungkapan sayangnya pudar gitu aja, gitu? 
    ‘Islam kan nganjurin kita mengungkapkan kasih sayang ke orang yang kita cintai, cin’. Yeee, ada aturannya kali. Jelasny, pahami aja isi hadist tentang itu yangs empat diulas di atas. 
     ‘Aku sih ngga ngerayain pake bunga atau coklat, cukup dinner bareng aja’. Gubrakz, sami mawon eta mah.
     Harus menyiapkan cadangan baterai tahan banting dan tahan lama (kalo bisa power bank juga) yang berisi formula sabar untuk menghadapi orang-orang yang memiliki argumen di atas. Tahun lalu, saya sempat diamanahi untuk membuat tulisan tentang asal mula valentine. Kadang, memang terasa tengah melakukan rutinitas yang membosankan karena menyampaikan hal sama selama bertahun-tahun (sebenarnya sih baru dua tahun ). Namun ketika teringat bahwa tiap guru dan dosen pun tidak pernah bosan menyampaikan mata kuliah atau pelajaran yang sama pada tiap siswanya, maka saya pun kembali termotivasi untuk membuat tulisan yang bagus, apik, dan mengena di hati pembaca hingga tujuan dakwah kami pun tersampaikan pada sasaran. Maka dalam kesempatan waktu itu, kami melakukan sebar pamflet dan kerudung gratis sambil long march menuju masjid besar at-Taqwa Cirebon. ternyata lebih menyenagkan, karena jangkauan dakwah pun menjadi lebih luas. Jadi ingat quote dari seorang teman di facebook. Yakinlah, bahwa Vengantine lebih indah dan lebih asyik daripada Valentine. Hahay . . . :-D. Pastinya lebih berkah dan halal juga, kan?
     Nah yang ketiga adalah yang jenis maksiat yang paling berbahaya. Media. Hati-hati kawan, dibalik cantiknya berbagai tampilan media (seperti TV maupun media sosial), ternyata ada pula media yang menginformasikan berita ‘sesuai pesanan’ dari orang-orang yang berkepentingan. Maksudnya di sini adalah informasi yang disampaikan tidak benar-benar riil dan akurat. Bahkan saat diuji kevaliditasannya di lapangan, cenderung bertolak belakang dengan kenyataan. Hal inilah yang seringkali memicu terjadinya fitnah dan konflik antarpublik.
    Solusi yang bisa upayakan adalah melalui pemanfaatan sarana yang sama, yaitu membuat medsos penangkal. Medsos penangkal ini dibuat dengan tujaun menyajikan berita yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya sehingga mampu menengahi pro dan kontra yang timbul akibat berita ‘pesanan’. Selain itu, untuk tayangan yang tidak mendidik, kita bisa melayangkan surat keluhan pada komisi penyiaran indonesia. Semakin canggihnya teknologi, maka kita pun harus makin canggih dari teknologi yang kita kendalikan itu bukan?
    Satu cara yang paling berpengaruh terhadap kondisi keimanan kita yaitu usaha kita pribadi dalam membentengi diri. Bagaimanapun keadaan lingkungan kita tinggal, tetap kita sendiri yang memegang kendali penuh terhadap kondisi naik-turunnya keimanan kita. Charger keimanan yang cukup ampuh adalah dengan mengikuti kajian rutin pekanan maupun bulanan. Tiap perguruan tinggi tentu memiliki organisasi atau unit kegiatan mahasiswa (UKM) rohis. Nah, keberadaan UKM ini dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk charger pribadi, tetapi juga untuk orang lain dengan menyalurkannya sebagai jembatan dakwah sehingga kegiatan kita ‘itu-itu saja’. Kuliah-pulang (tidur) atau kerja-pulang (tidur). Jadi, iman terjaga, gaul pun oke.


www.muslimedianews.com
www.cyberdakwah.com
www.piss-ktb.com