Kamis, 24 April 2014

SATU TUBUH: AKU, ENGKAU DAN KITA SEMUA

Berbicara tentang permasalahan manusia memang tidak akan pernah ada habisnya. Sebagian orang berpendapat bahwa manusia yang jarang terlibat masalah atau terlalu lama berada di zona nyaman, cenderung mengalami kehampaan karena tidak ada tantangan dalam hidupnya. Namun sebagian besar lainnya juga kerap berputus asa jika selalu berada dalam kesulitan. Tentu jika masalah ini memang sulit dicari penyelesaiannya. Salah satu permasalahan yang paling krusial di Indonesia saat ini adalah kemiskinan. Meski menjadi permasalahan lintas generasi di negara-negara berkembang seperti Indonesia, yakni turun-temurun sejak kemerdekaan belum diraih, namun tetap saja masih sulit mencari solusi untuk mengentaskannya. Kemiskinan dan kesenjangan sosial sudah seharusnya dijadikan prioritas utama bagi negara kita untuk segera diupayakan penyelesaiannya. Bunyi salah satu pasal terkait kemiskinan yang tercantum dalam UUD 1945, yang saat ini telah mengalami beberapa kali amandemen pun tidak pernah berubah. Realitas bahwa ‘Orang-orang miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara’ masih jauh dari harapan. Rakyat miskin masih terus ada dan lampu merah perkotaan masih kerap dijadikan tempat mencari sepeser uang sekedar pengganjal perut atau membantu perekonomian keluarga bagi para anjal (anak jalanan). Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Indonesia menduduki peringkat ke-2 setelah Brazil. Namun sayangnya prestasi positif ini justru diimbangi oleh prestasi negatif yang mencoreng nama baik negara, yakni saat salah satu lembaga survey menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara terkorup se-Asia Tenggara.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa sebagian besar kekayaan negara telah diselewengkan oleh beberapa oknum untuk kepentingan pribadi mereka. Sumberdaya alam rentan dieksploitasi tanpa ditujukan untuk kepentingan rakyat Indonesia. Penyalahgunaan jabatan oleh orang-orang yang semula dipercaya oleh masyarakat (dipilih dalam pemilu) merupakan pengkhianatan paling menyakitkan karena dilakukan oleh saudara setanah air. Kondisi ini diperparah dengan adanya sikap apatis (masa bodoh atau acuh) sebagian ‘masyarakat atas’ terhadap kebutuhan ‘masyarakat bawah’. Tolong-menolong yang telah lama menjadi budaya dan mengakar dalam diri orang Melayu seakan menjadi barang mahal. Tanpa kita sadari, sikap apatis ini menjadi salah satu pemicu meningkatnya angka kriminalinas. Kriminalitas ini pula-lah yang menjadikan seseorang sulit untuk memberi pertolongan dan percaya pada orang lain . Jika hal ini dibiarkan berlanjut, maka pada akhirnya akan membentuk lingkaran setan yang sulit diputus kecuali masih ada orang yang memiliki inisiatif dan tekad kuat untuk menghentikannya. Banyak pakar dan pengamat politik maupun perekonomian menyatakan bahwa penyalahgunaan jabatan dan kekayaan negara telah mencapai tahap mengkhawatirkan. Salah satu dari mereka mengungkapkan bahwa jika dikelola dengan bijak, maka negara mampu menggratiskan sekolah bagi rakyat Indonesia hingga perguruan tinggi. Hal ini tentu bisa meningkatkan grade SDM Indonesia di mata dunia internasional. Bahkan jika pendidikan tersebut diimbangi dengan pendidikan agama, maka tidak hanya mencetak generasi cerdas, namun juga melahirkan para cendekiawan yang religius, serta memiliki tameng agar terhindar dari ‘godaan’ penyalahgunaan jabatan yang diembannya. Ibarat satu tubuh, manusia yang satu dengan manusia lainnya akan selalu senasib sepenanggungan. Jika salah satu bagian tubuh sakit, maka tentu bagian yang lain pun turut merasakanya. Anggota tubuh lainnya akan berusaha mencari cara agar rasa sakit tersebut berkurang dan hilang. Tentu indah jika hal ini benar-benar diterapkan dalam hubungan dan interaksi sesama manusia. Kesenjangan dan pengkotak-kotakan tergantikan oleh kesejahteraan dan perekonomian yang merata. Negara membutuhkan orang yang benar-benar memiliki keteguhan hati menjalankan amanah mewujudkan kesejahteraan bangsa. Menerapkan sikap bahwa aku, engkau dan kita semua adalah satu tubuh dalam mewujudkan Indonesia lebih manusiawi dan lebih baik dari sebelumnya. Insha Allah.