Apa
langkah yang akan diambil jika seseorang mengalami luka parah dan mengeluarkan
banyak darah sehingga membutuhkan transfusi sedangkan di rumah sakit kehabisan
stok atau karena golongan darah yang super langka dari si pasien? Hal yang
pertama terpikirkan mungkin akan memeriksa keluarga terdekat yang memiliki
golongan darah yang sama dan memenuhi persyaratan sebagai seorang pendonor. Akan
tetapi, meskipun memiliki golongan darah yang sama namun ada syarat yang tidak
terpenuhi seperti wanita yang tengah hamil atau menstruasi, anak kecil, atau
sedang sakit, maka tidak diizinkan menjadi pendonor.
Ketika
mengalami kondisi di atas, Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia (PMI)
menjadi tujuan. Akan tetapi, keberadaan PMI yang telah lama berdiri ini tidak
hanya menyangkut pengadaan darah untuk korban bencana maupun kecelakaan. Untuk
itulah peran PMI dan BSM yang merupakan organisasi kemanusiaan ini terus
mengalami perkembangan dalam upaya pengoptimalan upaya menanggulangi bencana
tersebut. Tidak hanya donor darah, tindakan kesukarelawan lainnya menyangkut
pelayanan kesehatan, respon bencana, lingkungan hidup, dan lain-lain.
Indonesia
dengan letak geografisnya yang strategis dengan bentuk lempengan penunjang,
pegunungan yang masih aktif, ditambah kesalahan manusia dalam pemeliharaan
sungai maupun saluran air lainnya, cenderung sering mengalami bencana alam. Salah
satu contohnya adalah tragedi Tsunami Aceh 12 tahun lalu. Peran PMI dan BSM yang
mengedepankan pertolongan tanpa memandang gender dan SARA, tak pandang di
daerah bencana, konflik, maupun tempat-temapt yang mengundang bahaya lainnya
bagi para sukarelawannya.
Memperingati
tsunami satu dekade lalu, relawan kesiapsiagaan bencana yang juga telah mengikuti
perkembangan teknologi, meluncurkan aplikasi #SiagaBencana yang berisi tentang
kesiapsiagaan bencana, baik pada masa tenang
maupun kondisi penanganan bencana. Fitur-fitur yang terdapat di dalamnya
mencakup Siaga Bencana, Alert, Tsunami,
Banjir, Gempa, Badai Topan/Angin Puting
Beliung, Ujian P3K, dan fitur-fitur lainnya yang berhubungan dengan
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam maupun kecelakaan.[1]
Aplikasi tersebut diharapkan mampu menjadi
jembatan masyarakat, PMI, dan Pemerintah dalam upaya tanggap dan siap siaga
dalam menghadapi bencana, baik itu sebelum (sebagai upaya menekan jumlah korban),
saat bencana berlangsung (memberi pertolongan yang dapat diberikan), serta
pasca bencana. Upaya pasca bencana memegang tanggung jawab paling besar dari
para sukarelawan. Karena cenderung memakan jumlah korban yang tidak sedikit,
selain sukarelawan PMI dan BSM, peran masyarakat setempat pun memegang peran
penting dalam membantu para korban.
Selain
aplikasi android, program pendukung lainnya dari relawan kesiapsiagaan bencana
ini adalah Community Based Disarter Preparedness[2] yang merupakan program khalayak, karena peran
masyarakat sangat dibutuhkan di sini. Pertolongan optimal adalah saat
masyarakat Indonesia terutama yang berada di sekitar lokasi bencana, bahu
membahu membantu korban bencana alam. Baik itu berupa penyedian makanan,
transportasi dan logistik, serta lainnya.
Meskipun PMI telah memiliki lebih
dari 1,5 juta sukarelawan yang siap melakukan pelayanan.[3],
namun peran masyarakat luas dalam upaya penanggulangan bencana alam sangat
diperlukan sehingga pertolongan yang dilakukan dapat dilakukan secara maksimal
dan menyeluruh. Selain itu, pertolongan dari orang terdekat diharapkan dapat
lebih cepat menyembuhkan syok korban bencana.
Palang
Merah Indonesia dan Bulan Sabit Merah akan selalu siap di manapun dan kapanpun
masyarakat membutuhkan. Tidak ubahnya dokter yang terikat sumpah untuk menolong
pasien tanpa memandang latar belakangnya. Karena untuk memenuhi dan mematuhi
prinsip dasar gerakan PMI dan BSM, yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan,
Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan, dan Kesemestaan.